Minggu, 29 Juni 2014

PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI INOVASI PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN



Makalah untuk di presentasikan pada perkuliahan
Inovasi Kurikulum
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Prof. Dr. Zurinal Z
Nurlena Rifa’i, Ph.D
Dr. Zaimuddin MA



 









Disusun Oleh:
JONSON HARIANTO, S.PD.I
NIM: 211101100014

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

I. PENDAHULUAN

Mutu pembelajaran sering tertuju pada mutu lulusan, tetapi mutu pembelajaran tidak akan suskse tanpa melihat suksesnya proses pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan tersebut. Model  pembelajaran  merupakan  suatu rencana mengajar yang memper- hatikan   pola  pembelajaran  tertentu,   hal   mi  sesuai  dengan  pendapat  Briggs (1978:23) yang menjelaskan model adalah "seperangkat prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses" dengan demikian model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Ada banyak model pembelajaran, Joyce  (2000)  mengemukakan  ada  empat  rumpun  model  pembetajaran yakni; (1) rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakat. (2) Model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada pengusaan disiiplin  ilmu.  (3)  Model  pengembangan pribadi,  rumpun  model  ini   lebih berorientasi pada pengembangan kepribadian peserta belajar. SelanJutnya model (4)  behaviorism Joyce (2000:28) yakni  model yang berorientasi pada perubahan prilaku.
Model-model pembelajaran yang ingin kita bahas disni adalah mampu diterapkan pada pembelajaran PAI. Seperti halnya yang telah kita ketahui, ada banyak model pembelajaran yang bisa digunakan pada pembelajaran PAI demi mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya classroom meeting, cooperative learning, integrated learning, constructive teaming, inquiry learning dan quantum learning.
Dalam pembahasan makalah ini, penulis hanya memfokuskan satu model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Dimana pembelajaran model ini jenis pembelajaran kelompok dengan melihat keberhasilan kegiatan pembelajaran disatu sisi mengajarkan pengetahuan kepada siswa, pembelajaran kooperatif juga mengedepankan keberhasilan interaksi sosial antar siswa, kepedulian kelompok dan individu serta penghargaan bagi kelompok dan setiap individu.
Demikian pulan pembelajaran Kooperatif terdapat berbagai teknik yang dikembangkan oleh para tokoh-tokoh cooperative learning. Misalnya Jigsaw, TGT, NHT, TST, STAD, Murder, Inside Outside Circle, think pair Square, make a match, learning together dan group investigation.



Gambaran Umum Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah dikenal, teori-teori tentang pembelajaran kooperatif diantaranya oleh Robert E. Slavin, Kagan, Jonson and Jonshon. . Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi saling asah, saling asih, saling asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi  tanpa adanya interaksi antar pribadi. Lebih lanjut, belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang yang berhubungan dengan yang lain membangun pengertian serta pengetahuan bersama. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya.[1]
Melalui pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri, agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan dan interaksi antar siswa akan lebih intensif. Interaksi yang  intensif dapat dipastikan komunikasi antar siswa berjalan dengan lancar.
Dalam pembelajaran kooperatif ini, yakni membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, di mana satu kelompok terdiri dari 4 atau5 orang, masing-masing kelompok bertugas menyelesaikan/memecahkan suatu permasalahan yang dipilih.
Beberapa karakteristik pendekatan cooperative learning, antara lain:
1)  Individual Accountability, tanggung jawab idividu
2)  Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik
siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri derni kepentingan kelompok.
3)  Positive Interdependence
4)  Group  Processing, 



Langkah-langkahnya:
1)   Guru  merancang  pembelajaran,  mempertimbangkan dan  menetapkan target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan sosial yang diharapkan dapat dikembangkan dan dipertihatkan oleh siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Guru dalam merancang materi tugas-tugas yang dikeijakan bersama-sama dalam dimensi kerja kelompok.
2)   Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi
kegiatan dalam  belajar secara  bersama-sama dalam  kelompok kecil. Dalam menyampaikan materi, pemahaman dan  pendalamannya  akan dilakukan  siswa ketika belajar secara bersama-sama dalam kelompok.

Pemahaman dan  konsepsi guru  terhadap siswa  secara individu sangat menentukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk.
3)   Dalam  melakukan  observasi  kegiatan  siswa,  guru  mengarahkan  dan
membimbing siswa  baik  secara  individual  maupun  kelompok, dalam pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar.
4)       Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya.  Guru juga  memberikan beberapa penekanan terhadap  nilai, sikap, dan perilaku sosial yang hams dikembangkan dan dilatihkan kepada para siswa.













II. PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini, penulis menguraikan teknik-teknik dalam pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan, Shlomo Sharan dan Hythecker.  Teknik-teknik yang dekembangkan misalnya number head together, two stay two stray, write pair squere, think pair squere, inside outside circle, murder, group insvestigation dan learning together.

A. Teknik Number Head Together
Teknik number head together merupakan pendekatan kooperatif yang dikembangkan oleh kagan untuk melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu mata pelajaran dan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Ibrahim, 2000;28). Struktur yang dikembangkan oleh spencer kagen ini menghedaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh pengahrgaan kooperatif dari pada pengahargaan individual. Ada struktur yang memiliki tujuan umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada untuk tujuan keterampilan sosial (ibrahim, 2000;25).
Lie menjelaskan bahwa teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ideide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatan semangat kerja mereka.[2]
Adapun langkah-langkah dalam penggunaan teknik Number head Together
1.      Penomoran, guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi merek nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda. Misalnya. Dikelas terdiri dari 20 siswa, maka dibagi menjadi 5 kelompok dengan kelompok A 1, A2, A3, A4, A5..., dan sterusnya sampai E.
2.       Langkah 2, pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga bersifat umum.
3.      Langkah 3, berpikir bersama (Head together): para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
4.      Langkah 4, pemberian jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat  tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas (Ibrahim, 2000:28)


Menurut Lie (dalam fitri 2009:8) pembelajaran dengan metode Numbered Head Togtheter ini mempunyai kelebihan dan kelemahan.
a. Kelebihan Number Head Together sebagai berikut:
·         masing –masing anggota kelompok mempunyai banyak kesempatan untuk berkontribusi
·         interaksi lebih mudah
·         banyak ide-ide yang muncul
·         lebih mudah dan cepat dalam membentuk kelompok
·         lebih banyak tugas yang dapat dilaksanakan

b. Kelemahan metode Number head sebagai berikut:
·         Butuh lebih banyak waktu
·         Buutuh sosialisasi yang lebih baik
·         Siswa lebih mudah untuk keluar dari keterlbatan dan tidak memperhatikan
·         Kurangnya partisipasi untuk individu.[3]


B. Teknik Dua tinggal dua tamu (two stay two stray)

Teknik pembelajaran ini dikembangkan juga oleh Spencer Kagan. Dalam teknik ini siswa bekerja sama dalam kelompok berempat. Kemudian dua orang meninggalkan kelompoknya dan bertamu kedua kelompok lainnya. Dua orang yang tinggal bertugas membagikan hasil kerja kelompoknya kepada tamunya. Tamu kemudia kembali ke kelompok masing masing untuk kemudian Mencocokkan dan mendiskusikan kembali hasil kerja mereka.[4]
Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain.[5]
Dapat dikatakan lagi bahwa Teknik Two stay Two Stray adalah teknik pembelajaran kooperatif dengan cara siswa mula-mula bekerja di dalam kelompok, yang terdiri dari empat orang lalu dua diantaranya menjadi tamu ke kelompok lain untuk membahas dan mengecek hasil pekerjaan kelompok yang didatangi sementara dua siswa tinggal dalam kelompok untuk menerima kunjungan lain guna melakukan hal yang sama, setelah kegiatan itu siswa kembali ke kelompok asal dan terakhir mendiskusikn hasil kerjasamanya.
Adapun langkah-langkah dalam teknik pembelajaran model two stay two stray adalah:[6]
1.      Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2.      Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok yang lain.
3.      Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4.      Tamu mohon diri dan kembali kekelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5.      Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.













C. Group Investigation
GI Group Investigation, merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik  maupun cara untuk pembelajaran secara investigasi.  Metode ini menuntut para siswa memiliki kemampuan berkomunikasi dengan
baik.
Teknik group investigation ini adalah untuk memberikan tugas tugas kelompok yang beragam atau tugas yang dispesialisasikan. Tetapi perlu diingat ada permasalahan yang muncul dalam penggunaan teknik ini, misalnya kelompok yang sudah diberi sub tugas hanya akan beratnggung jawab untuk sub bahasannya saja. Makanya dalam mengatasi hal ini, biasanya guru menambah tugas dengan tukar informasi melalui teknik yang sudah dibuat oleh guru dan dijadikan sebagai prosedur dalam mencapai keberhsilan group.[7]
Dalam teknik ini, siswa terlibat mulai dari perencanaan kooperatif, setiap anggota kelompok mengambil bagian dalam menyelesaikan masalah yang telah diberikan. Selanjutnya para anggota mencari dari berbagai sumber informasi baik itu dikelas ataupun diluar kelas. Informasi-informasi yang didapatkan  akan diolah dan disintesiskan sehingga mendapat kesimpulan kelompok atau karya kelmpok sebagai karya pencarian mereka.[8]
Adapun peran guru dalam penerapan teknik ini adalah sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola tugasnya.
Dalam pelaksanaannya, para murid bekerja melalui enap tahapan. Tahap-tahap ini dan komponen=komponennya sebagai berikut:[9]
ü  Tahap pertama; Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok
ü  Tahap kedua, merencakan tugas yang akan dipelajari
ü  Tahap ketiga, melaksanakan investigasi
ü  Tahap keempat, menyiapkan laporan Akhir
ü  Tahap kelima, Mempresentasikan Laporan Akhir
ü  Tahap keenam, Evaluasi




D. Teknik Make A Match
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match) adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.[10]
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran make a match adalah:[11]
1.      Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.      Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu
3.      Setiap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang dipegang
4.      Setap psesrta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5.      Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.      Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.      Kesimpulan







F. Model Kooperatif Murder
Model ini diperkenalkan oleh Hythecker, danserau dan rocklin pada tahun 1988 (Jacob et al, 1997;santyasa, 2008). Model ini menggunakan sepasang dyad (pasangan dua orang) dari kelompok beranggotakan dua orang, memiliki enam langkah yaitu:
1.      Mood, mengatur suasana hati (mood) yang tepat dengan cara relaksasi dan berfokus pada tugas yang dipelajari, dilakukan oleh kedua pasangan. Untuk langkah ini, diperlukan sikap saling memahami satu samalain; sika saling menghormati dan sikap saling menerima teman, walaupun ia belum melakukan kesalahan sehingga kedua siswa dapat menjalanai pembelajaran dengan hati senang.
2.      Understand, membaca dan memahami masalah dengan cara membacanya secara perlahan, dilakukan oleh kedu anggota pasangan (dyad). Untuk langkah ini kedua siswa akan membaca masalah secara sendiri-sendiri dan mencoba untuk memahami masalah tersebut tentang hal-hal apasajakah yang diketahui dari masalah yang dapat dipandang sebagai data, hal-hal apa yang tidak diketahui dan apakah data-data yang diketahui cukupuntuk menemukan hal-hal yang tidak diketahui. Jika siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang diberikan maka ia dapat bertanya kepada guru, dan guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya memicu, sehingga membantu siswa untuk dapat memahami masalah.
3.      Recall, menyimpulkan tentang ide-ide utama masalah, dilakukan oleh salah satu anggota pasangan. Untuk langkah ini, salah seorang anggota pasangan yang telah disepakati oleh anggota pasangan akan menerangkan secara verbal tentang apa yang telah dipahaminya pada langkah “understand” kepada anggota pasangan yang laiannya, dan pasangannya itu akan mendengarkan dengan seksama.
4.      Detext, mendeteksi kesalahan atau kekuarangn dari kesimpulan yang diberikan, dilakukan oleh anggota pasangan lainnya. Untuk langkah ini, anggota pasangan yang berada pada posisi sebagai pendengar pada langkah recall akan mencocokkan kesimpulan dari pasangannya dengan pemahamannya sendiri (yang dilakukannya pada langkah “understand”), kemudia coba mendeteksi hal-hal apa  saja yang cocok dan hal-hal apa saja yang dirasanya kurang atau salah dalam paparan pasangannya. Jika kemudia terdapat pemahaman yang bertentangan dan kedua nggota pasangan tidak dapat menncapat kesepakatan tentang pemahaman yang benar, maka guru dapat mebantu memberikan pertanyaan-pertanyaan memicu sehingga kedua anggota pasangan dapat dituntun pada suatu kesepakatan akan pemahaman masalah yang akan diberikan.
5.      Elaborate, melakukan elaborasi pada ide-ide utama dari masalah, dilakukan oleh kedua anggota pasangan. Untuk langkah ini, kedua anggota pasanngan akan bekerja sama menemukan hal-hal yang tidak diketahui dari masalah dengan menggunkan data-data yang diketahui.di sisni mereka akan sama-sama menentukan satu atau lebih cara untuk enemukan hal-hal yang tidak diketahui tersebut. Kembali disini kedua anggota pasangan dapat meminta bantuan guru jika diperlukan.
Langkah dua 3,4 dan 5 diulangi lagi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berikutnya. (jika masalah yang diberikan lebh dari satu)
6.      Review, menyimpulkan keseluruhan proses pemecahan masalah dan mentransmisikannya pada pasangan yang lain dalam kelompoknya, dilakukan oleh kedua anggot pasangan. Hal ini dilakukan setelah semua masalah yang diberikan diselesaikan.
7.       
G. Teknik Inside outside Circle
Teknik Pembelajaran ini dikembangkan pula oleh Spencer kagan. Dalam teknik ini, siswa dibagi menjadi 2 kelompok, 1 kelmpok membuat lingkaran menghadap keluar, dan 1 kelompok lagi membuat lingkaran lainnya diluar lingkara pertama menghadap ke dalam. Siswa yang saling berhadapan berbagi informasi. Disampaikan secara bergiliran dimulai dari lingkaran dalam. Agar pasangan berubah, lakukan gerakan satu langkah ke arah kiri atau gerakan satu langkah berlawanan jarum jam dan satu kelompok lagi bergerak searah jarum jam .[12]

Inovasi pembelajaran PAI dengan pembelajaran Kooperatif.
Era  globalisasi mambawa dampak yang  signifikan terhadap perubahan- perubahan tata nilai kehidupan masyarakat  Salah satu bentuk perubahan tata nilai tersebut seperti diungkapkan Naisbitt dan Aburdene dalam Megatrends 2000 adalah "lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis, materialistis dan hedonis- tis"(Rahmat,  1991: 71). Keadaaan ini berlawanan dengan ajaran Islam sekaligus tidak mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kondisi objektif terlihat pada berbagai data basil  penelitian, seperti yang kemukakan  oleh (Muhaimin 2002, Nurdin, 2002, Salamah, 2004) terungkap bahwa proses  belajar mengajar PAI  khususnya sekolah-sekolah menengah (SMA) belum dilaksanakan      secara        optimal,     sehingga           perannya         sebagai  mata    pelajaran  yang berorientasi pada pembentukan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
serta akhlak mulia belum dapat dicapai secara efektif. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya peranan dan efektifitas pendidikan agama Islam dalam membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak nuilia adalah:
1.                        Pendidikan        agama    Islam                       selama            ini        dilaksanakan    menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai  dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.   Materi pembelajaran PAI yang lebih banyak bersifat teori, terpisah-pisah,
terisolasi atau kurang terkait dengan mata pelajaran lain dan bahkan antar sub mata pelajaran PAI itu sendiri, yakni antara unsurAlquran, Keimanan, Akhlak, Fiqih dan Sejarah Islam (Tarikh) yang disajikan sendiri-sendiri.
3.   Model pembelajarannya bersifat konvensional yakni lebih menekankan
pada  pengayaan  pengetahuan  (kognitif pada  tingkat  yang  rendah)  dan pada pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psiko-motorik). Sehingga pendidikan agama Islam yang bertujuan untuk membentuk siswa yang memiliki pengetahuan tentang ajaran agama Islam  serta mampu mengaplikasikan dalam  bentuk  akhlak  mulia  belum  dapat  digapai. (Salamah: Hasil Penelitian Tesis 2004).
Upaya untuk mengkaji kembali pelaksanaan pembelajaran PAI di lembaga pendidikan formal terutama, semakin mendesak apabila dikaitkan dengan kenyataan di lapangan yakni seperti; (1) adanya berbagai krisis kepercayaan, yang ditandai munculnya ketegangan, konflik di  beberapa daerah. (2)  Krisis akhlak yang tandai dengan semakin banyaknya kejahatan, baik berupa tindak kekerasan seperti; tawuran, penyalahgunaan narkona dan lain-lain yang selalu meningkat setiap tahunnya.[13] (Isnia, U. Output Pendidikan Mengancam Masa Depan (Republika, Online 24 Juli 2002, tersedia: http://www.republika.co.id/cetak/html 2000).

Dalam pencapaian keberhasilan pembelajaran PAI, diperlukan berbagai pendukung agar tujuan pembelajaran PAI. Kaitannya dengan berbagai macam bentuk pembelajaran kooperatif di atas. Ada baiknya kita lihat bagaimana model penerapannya pada pembelajaran PAI.
Di sini penulis mencontohkan pada mata pelajaran SKI kelas V MI.  Adapun sub temanya adalah sejarah nabi muhammad saw.  Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok investigasi yakni kelompok A, B, C, D. Setiap kelompok sudah mendapatkan informasi dan pembagian kelompok dari guru. Untuk selanjutnya siswa memulai perencanaan dalam membagi tugas setiap kelompok dalam mengumpulkan informasi. Dan tahap selanjutnya setiap anggota yang telah mengumpulkan informasi tentang riwayat nabi muhammad tersebut, lalu menyatukan informasi-informasi tersebut ke dalam sebuah hasil karya kelompok. Namun untuk tugas spesialisasi ini, termasuk kepada penilaian proyek dan penyelesaian tugasnya pun memakan waktu seminggu. Jadi Untuk tahap selanjutnya yakni mendiskusikannya dengan teman-teman kelompok lain pada pertemuan berikutnya.
Numbered Head Together (NHT)
Pelaksanaan NHT :
  1. Penomoran : Pendidik membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan jumlah anggota kelompok maksimal 5 orang, dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
  2. Mengajukan Pertanyaan : Pendidik mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas. Misalnya 1. Apa yang dimaksud dengan shalat fardhu ‘ain? 2. Apa hukum shalat fardhu ‘ain? 3. Apa rukun shalat fardhu ‘ain? 4. Apa contoh shalat fardhu ’ain? 5. Bagaimana kaifiyat shalat fardhu ’ain?
  3. Berpikir Bersama : Para peserta didik setiap kelompok menyatukan pendapatnya tentang pertanyaan yang diajukan pendidik.
  4. Menjawab : Pendidik memanggil satu nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya sama mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.


III. PENUTUP
Demikialah pembahasan pembelajaran Kooperatif. Inti pembejalarana kooperatif adalah efektifitas kegiatan pembelajaran dengan kelompok kelompok kecil, pembelajaran interaksi sosial, meningkatkan tanggung jawab sosial dan individu. Serta bentuk pencapaian pembelajaran bersama. Semoga dengan pemahaman model-model pembelajaran kooperatif ini. Kita dapat menerapkannya dalam pengembangan inovasi pembelajaran PAI. 
Dalam kebutuhan tingkat lanjut, teknik-teknik pembelajaran di atas akan menjadi lebih menarik apabila selalu dikembangkan ke dalam action research class. Dengan demikian kita daat melihat lebih jauh sklus pengaruh keefektifan penggunaan pembelajaran kooperatif ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie, Metode Pembelajaran Gotong Royong, (Surabaya: Univ Kristen Petra Surabaya).
Isnia, U. Output Pendidikan Mengancam Masa Depan (Republika, Online 24 Juli 2002, tersedia: http://www.republika.co.id/cetak/html 2000).
Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK (Malang: UM Press), 2004.
Robert. E Slavin, Cooperative learning, (Bandung: Nusa Media), Cet I, 2008.
Sri Sulastri, Model Pembelajaran Kooperatif, dalam Jurnal kependidikan FKIP Unsur Cianjur.
Shlomo Sharan,  Cooperatif Learning,Alih bahasa Sigit Prawoto (Yogyakarta:Familia), 2012




[1] Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK (Malang: UM Press
2004), hal: 60 11
[2] Anita Lie, Metode Pembelajaran Gotong Royong, (Surabaya: Univ Kristen Petra Surabaya), hal.59
[3]
[4] Sri Sulastri, Model Pembelajaran Kooperatif, dalam Jurnal kependidikan FKIP Unsur Cianjur, hal. 26
[5] Anita Lie, Metode Pembelajaran Gotong Royong, (Surabaya: Univ. Kristen Surabaya), 1999, hal.61
[6] Anata Lie, Metode Pembelajaran Gotong Royong .., hal 62
[7] Robert. E Slavin, Cooperative learning, (Bandung: Nusa Media, 2008), cet.I hal.214
[8] Robert. E. Slavin, Cooperatif Learning..., hal. 216
[9] Robert. E. Slavin, Cooperatif Learning..., hal. 218
[10] Anita Lie..., hal. 55
[11]  Anita Lie, Metode Pembelajaran Gotong Royong..., hal.46
[12] Sri Sulastri, Pembelajaran kooperatif dalam Jurnal Pendidikan..., hal. 26
[13] . (Isnia, U. Output Pendidikan Mengancam Masa Depan (Republika, Online 24 Juli 2002, tersedia: http://www.republika.co.id/cetak/html 2000).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekilas Khutbah Jumat

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pada hari Jumat, para umat Muslim di seluruh dunia melakukan ibadah salat Jumat yang mana saat ...