Minggu, 29 Juni 2014

PERANG SALIB




(SEJARAH, PERIODESASI DAN KONTAK ISLAM DENGAN BARAT)
Artikel  untuk diberikan sebagai Tugas UAS pada perkuliahan
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Prof. Dr. Budi Sulistiono, M.Hum
Prof. Dr. Murodi, MA.




 









Disusun Oleh:
JONSON HARIANTO, S.PD.I
NIM: 211101100014

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN


The Crusade War adalah alih bahasa dari perang salib, perang ini merupakan perang sejarah permusuhan islam dan kristen. Awal kebencian terhadap Islam yang maju dan penguasaan terhadap sejumlah tempat dan kota suci kristen seperti suriah, asia kecil, spanyol, dan sicilia. Sejak tahun 632 H.[1]
Sumber lain menjelaskan bahwa awal penyebab perang salib adalah persaingan antara Islam dan kristen. Ketika itu penguasa Islam Alp Arselan yang memimpin gerakan ekspansi yang dikenal dengan “peristiwa Manzikart” pada tahun 464 H (1071 M). Pada peristiwa ini, tentara romawi mengalami kekalahan dari pasukan alp arselan yang saat itu hanya memiliki 15.000 pasukan, sedangkan tentara romawi memiliki 200.000 pasukan dan merupakan gabungan dari tentara romawi, Ghuz, Al Akraj, Al Hajr, Prancis dan Armenia.[2] Peristiwa inilah mulai memunculkan benih permusuhan dan kebencian kristen terhadap Islam. Hingga kebencian tersebut semakin besar setelah penguasaan dinasti seljuk terhadap baitul maqdis, di sini dinasti Seljuk melahirkan kebijakan-kebijakan bagi umat kristen yang berziarah ke sana. dan ada anggapan bahwa peraturan tersebut dirasa merugikan umat kristen.
Namun di samping faktor agama di atas, perlunya juga melihat berbagai faktor yang tak kalah pentingnya. Artinya, mustahil bahwa perang tersebut hanya karena permasalahan agama. Lamanya masa perang sejak 1095-1293, tentunya menyimpan berbagai faktor dan meninggalkan peradaban baru dalam kontak islam dan barat atau islam dan kristen.
Perang salib juga telah menyumbangkan dampak positif terhadap perkembangan peradaban di eropa, diantaranya perkembangan atau transmisi ilmu pengetahuan. Tentunya menjadi keuntungan pula bagi dunia barat setelah kontak dengan dunia islam melalui perang salib. Perang ini ini juga dibagi kepada beberapa periode dalam perjalanannya, mulai dari periode awal sampai periode akhir yang memberikan keuntungan dunia barat dalam memulai peradaban maju yang pernah dialami islam sebelumnya.
Penulis mengurai gambaran situasi politik awal masuknya perang salib sampai kepada dampak lahirnya kontak barat dengan islam dan merubah peradaban barat yang lebih maju dari dunia Islam.


























BAB II
PEMBAHASAN
I. Terjadinya Perang Salib
Ada beberapa argumen yang perlu disampaikan di sini. Pertama, Perang salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri barat dan negeri timur, jelasnya antara pihak Kristen dan pihak muslim. Perkembangan dan kemajuan ummat muslim yang sangat pesat, pada akhir-akhir ini, menimbulkan kecemasan tokoh-tokoh barat Kristen. Terdorong oleh kecemasan ini, maka mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan muslim.
Selanjutnya yang kedua, datangnya kekuatan Bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil setelah mengalahkan pasukan Bizantium pada peristiwa Manzikart tahun 1071, dan selanjutnya Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M. Kekuasaan Saljuk di Asia Kecil dan yerusalem dianggap sebagai halangan bagi pihak Kristen barat untuk melaksanakan haji ke Bait al-Maqdis. Padahal yang terjadi adalah bahwa pihak Kristen bebas saja melaksanakan haji secara berbondong-bondong. Pihak Kristen menyebarkan desas-desus perlakuan kejam Turki Saljuk terhadap jemaah haji Kristen. Desas-desus ini membakar amarah umat Kristen-Eropa.
Ketiga, bahwa semenjak abad ke sepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah. Para pedagang Pisa, Vinesia, dan Cenoa merasa terganggu atas kehadiran pasukan lslam sebagai penguasa jalur perdagangan di laut tengah ini. Satu-satunya jalan untuk memperluas dan memperlancar perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan muslim dari lautan ini”.
Keernpat, propaganda Alexius Comnenus kepada Paus Urbanus ll. Untuk membalas kekalahannya dalam peperangan melawan pasukan Saljuk. Bahwa paus merupakan sumber otoritas tertinggi di barat yang didengar dan ditaati propagandanya. Paus Urbanus II segera rnengumpulkan tokoh-tokoh Kristen pada 26 November 1095 di Clermont, sebelah tenggara Perancis. Dalam pidatonya di Clermont sang Paus memerintahkan kepada pengikut kristen agar mengangkat senjata melawan pasukan musim.
Tujuan utama Paus saat itu adalah memperluas pengaruhnya sehingga gereja-gereja Romawi akan bernaung di bawah otoritasnya. Dalam propagandanya, sang Paus Urbanus ll menjanjikan ampunan atas segala dosa bagi mereka yang bersedia bergabung dalam peperangan ini. Maka isu persatuan umat Kristen segera bergema menyatukan negeri-negeri Kristen memenuhi seruan sang Paus ini. Dalam waktu yang singkat sekitar 150.000 pasukan Kristen berbondong-bondong memenuhi seruangsang Paus, mereka berkumpul di Konstantinopel. Sebagian besar pasukan ini adalah bangsa Perancis dan bangsa Normandia.[3]










II. Faktor Penyebab Perang Salib
1. Faktor Agama
Sejak Dinasti Seljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1070 M bertepatan pada tahun 471 H, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke sana. Hal ini disebabkan karena para penguasa Seljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis. Bahkan mereka yang pulang berziarah sering mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatik. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.[4]
Perlu diketahui, bahwa Dinasti Seljuk ialah dinasti yang pernah memerintah Kekhilafahan Abbasiyah setelah Dinasti Buwaih pada tahun 1055 M-1194 M. Dinasti Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada abad kedua, ketiga dan keempat hijriah, mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu, dan dipersatukan oleh Seljuk ibn Tuqaq, karena itulah mereka disebut orang-orang Seljuk.[5]. Termasuk juga faktor agama yaitu adanya perasaan keagamaan yang kuat di kalangan umat Kristen. Mereka meyakini kekuatan gereja dan kemampuannya untuk menghapus dosa walaupun dosa itu setinggi langit. (Al-Wakil,1998:165).



2. Faktor Politik
Kekalahan Bizantium sejak 330 disebut Konstantinopel (Istambul) di Manzikart (Malazkird atau Malasyird, Armenia) pada tahun 1071 M dan jatuhnya Asia Kecil ke bawah kekuasaan Seljuk, telah mendorong Kaisar Alexius I Commenus (Kaisar Konstantinopel) untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Seljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena janji Kaisar Alexius untuk tunduk di bawah kekuasaan Paus di Roma dan harapan untuk dapat mempersatukan gereja Yunani dan Roma. Oleh karena itu Paus Urbanus II berpidato kepada seluruh umat Kristen Eropa di Clermont pada tahun 1095 M untuk melakukan perang suci. Dia juga mengetahui berbagai kesuksesan Kristen di Spanyol, yang mencapai puncaknya dengan direbutnya Toledo, dan penaklukan di Sisilia.
Di sisi lain, kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu berada pada posisi lemah, sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian dalam Perang Salib. Ketika itu Dinasti Seljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan, Dinasti Fatimiyah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segitiga antara Khalifah Fatimiyah di Mesir, Khalifah Abbasiyah di Baghdad, dan Amir Umayyah di Cordoba yang memproklamasikan dirinya sebagai Khalifah. Situasi yang demikian mendorong penguasa-penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu-persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti dinasti-dinasti kecil di Edessa (ar-Ruha') dan Baitul Maqdis.

3. Faktor Sosial Ekonomi
Philip K. Hitti menjelaskan bahwa, umat kristen yang ikut serta dalam perang salib juga memiliki dorongan untuk kepentingan komersil dan ekonomi.[6]
Pedagang-pedagang besar yang berada di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Genoa, dan Pisa berambisi untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka. Untuk itu, mereka rela menanggung sebagian dana Perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan. Hal itu dimungkinkan karena jalur Eropa akan bersambung dengan rute-rute perdagangan di Timur melalui jalur strategis tersebut.
Di samping itu, stratifikasi sosial masyarakat Eropa itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu kaum gereja, kaum bangsawan serta kesatria, dan rakyat jelata. Meskipun kelompok yang terakhir ini merupakan mayoritas di dalam masyarakat, tetapi mereka menempati kelas yang paling rendah. Kehidupan mereka sangat tertindas dan terhina, mereka harus tunduk kepada para tuan tanah yang sering bertindak semena-semena dan mereka dibebani berbagai pajak serta sejumlah kewajiban lainnya. Oleh karena itu, ketika mareka dimobilisasi oleh pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam Perang Salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila perang dapat dimenangkan, mereka menyambut seruan itu secara spontan dengan berduyun-duyun melibatkan diri dalam perang tersebut.

























III. Jalannya Peperangan
Perang salib terjadi tahun 1095 – 1291 M., terjadi dalam beberapa kali peperangan.
Diambil dari: http://www.hist.umn.edu/courses/hist3613/calendar/1stCrusade/images/First%20Crusade%20Map.jpg
Perang Salib 1
Pada tahun 490 H/1096 M. sebuah pasukan salib yang dipimpin oleh komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Kemudian Peter yang mengkomandoi kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hungaria dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiap kekuatan yang menghalanginya. Seorang sultan negeri Nice berhasil menghadapinya bahkan sebagian pimpinan salib berkenan memeluk lslam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan ini.
Setahun kemudian yakni pada tahun 491 H/1097 M. pasukan Kristen di bawah komandan Coldfrey bergerak dari Konstantinopel menyeberangi selat Bosporus dan berhasil menaklukkan Antioch (Antakia) setelah mengepungnya selama 9 bulan. Pada pengepungan ini pasukan salib melakukan pembantaian secara kejam tanpa prikemanusiaan.
Setelah berhasil menundukkan Antioch, pasukan salib bergerak ke Ma’arrat al-Nu’ man, sebuah kota termegah di Syria. Di kota ini pasukan Salib juga melakukan pembantaian ribuan orang. Pasukan salib selanjutnya menuju ke Yerusalem dan dapat menaklukkannya dengan mudah. Ribuan jiwa muslirn menjadi kurban pembantaian dalam penaklukan kota Yerusalern ini. “Tumpukan kepala, tangan dan kaki terdapat disegala penjuru jalan dan sudur kota”. Sejarah telah menyaksikan sebuah tragedi manusia yang memilukan. Goldfrey selanjutnya menjabat sebagai penguasa atas negeri Yerusalem. Ia adalah penguasa yang cakap, dan komandan yang bersemangat dan agresif.

Pada tahun 503 H/1109 M., pasukan salib menaklukkan Tripoli. Mereka selain membantai masyarakat Tripoli juga membakar perpustakaan, perguruan dan sarana industri hingga menjadi abu. Selama terjadi penyerangan, kesultanan Saljuk sedang dalam kemunduran. Perselisihan antara sultan-sultan Saljuk memudahkan pasukan salib merebut wilayah-wilayah kekuasaan islam. Dalam kondisi seperti ini muncullah seorang sultan Damaskus yang bernama Muhammad yang berusaha mengabaikan konflik internal dan menggalang kesatuan dan kekuatan Saljuk untuk mengusir pasukan salib. Baldwin, penguasa Yerusalem pengganti Goldfrey, dapat dikalahkan oleh pasukan Saljuk ketika ia sedang menyerang kota Damaskus. Baldwin segera dapat merebut kembali wilayah-wilayah yang lepas setelah datang bantuan pasukan dari Eropa.
Sepeninggal Sultan Mahmud, tampillah seorang perwira muslirn yang cakap dan gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zangki, seorang anak dari pejabattinggi Sultan Malik Syah. Atas kecakapannya, ia menerima kepercayaan berkuasa atas kota Wasit dari Sultan Mahmud. Belakangan penguasa Mosul dan Mesopotamia juga berlindung kepadanya. la menerima gelar Attabek dari khalifah di Bagdad. Ia telah mencurahkan kemampuannya dalam upaya mengembalikan kekuatan pemerintahan Saljuk dan menyusun kekuatan militer, sebelum ia mengabdikan diri di kancah peperangan salib.
Masyarakat Aleppo dan Hammah yang menderita di bawah kekuasaan pasukan salib berhasil diselamatkan oleh Imaduddin Zangki setelah berhasil mengalahkan pasukan salib. Tahun berikutnya ia juga berhasil mengusir pasukan salib dari al- Asyarib. Satu-persatu Zangki meraih kemenangan atas pasukan salib, hingga ia merebut wilayah Edessa pada tahun 539 H/1144 M. Dalam pada itu, bangsa Romawi menjalin kekuatan gabungan dengan pasukan Perancis menyerang Buzza. Mereka menangkap dan membunuh perernpuan dan anak-anak yang tidak berdosa. Dari sini mereka melancarkan serangan ke Caesarea. Penguasa negeri ini yakni Abu Asakir nneminta bantuan pasukan Imaduddin Zangki. Zangki segera mengerahkan pasukannya dan ia berhasil mengusir kekuatan Perancis dan Romawi secara memalukan. Wilayah perbatasan di Akra berhasil digrebek hingga menyerah, demikian pula kota Balbek segera ditaklukkan, untuk selanjutnya pendudukan kota Balbek ini dipercayakan kepada komandan Najamuddin, ayah Salahuddin.
Penaklukan Edesa merupakan keberhasilan Zangki yang terhebat. Oleh umat Kristen Edessa merupakan kota yang termulya, karenanya kota ini dijadikan sebagai pusat kepuasan. Dalam penaklukan Edessa, Zangki tidak berlaku kejam terhadap penduduk sebagaimana tindakan pasukan salib. Tidak seorang pun merasakan tajamnya mata pedang Zangki, kecuali pasukan salib yang sedang bertempur yang sebagian besar adalah pasukan Perancis.
Dalam perjalanan penaklukan Kalat Jabir, Zangki terbunuh oleh tentaranya sendiri. Selama ini Zangki adalah seorang patriot sejati yang telah berjuang demi membela tanah airnya. Baginya, “pelana kuda lebih nyaman dan lebih dicintainya dari pada kasur sutra, dan juga suara hiruk-pikuk di medan peperangan terdengar lebih merdu dan lebih dicintainya daripada alunan musik”.
Kepemimpinan Imaduddin Zangki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Ia bukan hanya seorang prajurit yang cakap, sekaligus juga ahli hukum, dan juga seorang ilmuan. Pada saat itu umat Kristen Edessa dengan bantuan pasukan Perancis herhasil mengalah pasukan muslim yang bertugas di kota ini dan sekal i gus membanta i nya. N uruddi n segera mengerahkan pasukannya ke Edessa dan berhasil merebutnya kembali Sejumlah pasukan Edessa dan para pengkhianat dihukum dengan mata pedang, sedangkan bangsa Armenia yang bersekutu dengan pasukan salib diusir ke luar negeri Edesa.

Perang Salib 2
Dengan jatuhnya kembali kota Edesa oleh pasukan muslim, tokoh-tokoh Kristen Eropa dilanda rasa cemas. St Bernard segera menyerukan kembali perang salib melawan kekuatan muslim. Seruan tersebut membuka gerakan perang salib kedua dalam sejarah Eropa. Beberapa penguasa Eropa menanggapi poiitif seruan perang suci ini. Kaisar jerman yang bernama Conrad III, dan kaisar perancis yang bernama Louis VII segera mengerahkan pasukannya keAsia. Namun kedua paiukan ini iapat dihancurkan ketika sedang dalam perjalanan menuju Syiria. Dengan sejumlah pasukan yang tersisa mereka berusaha mencapai Antioch, dan dari sisi mereka menuju ke Damaskus.
Pengepungan Damaskus telah berlangsung beberapa hari, ketika Nuruddin tiba di kota ini. Karena terdesak oleh pasukan Nuruddin, pasukan salib segera melarikan diri ke Palestina, sementara Conrad III dan Louis VII kembali ke Eropa dengan tangan hampa. Dengan demikian beiakhirlah babak ke dua perang salib.
Nuruddin segera rnulai memainkan peran baru sebagai sang penakluk. Tidak lama setelah mengalahkan pasukan salib, ia berhasil rnenduduki benteng Xareirna, merebut wilayah perbatasan Apamea pada tahun 544 H/1149 M., dan kota Joscelin. Pendek kata, kota-kota penting pasukan salib berhasil dikuasainya. la segera menyambut baik permohonan masyarakat Damaskus dalam perjuangan melawan penguasa Damaskus yang menindas. Keberhasilan Nuruddin menaklukkan koia damaskus membuat sang khalifah di Bagdad brerkenan rnemberinya gelar kehormatan “al-Malik al- ’Adil”.
Ketika itu Mesir sedang dilanda perselisihan intern dinasti Fatimiyah. Shawar, seorang perdana menteri Fatimiyah., dilepaskan dari jabatannya oleh gerakan rahasia. Nuruddin mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan komandan Syirkuh. Namun ternyata Shawar justru memerangi Syirkuh berkat bantuan pasukan perancis hingga berhasil rnenduduki Mesir.
Pada tahun 563 H/1167 M. Syirkuh berusaha datang kembali ke Mesir. Shawar pun segera rneminta bantuan raja Yerusalem yang bernama Amauri. Gabungan pasukan Shawar dan Amauri ditaklukkan secara mutlak oleh pasukan Syirkuh dalam peperangan di Balbain. Antara mereka terjadi perundingan yang melahirkan beberapa kesepakatan: bahwa Syirkuh bersedia kembali ke Damaskus dengan imbalan 50.000 keping emas, Amauri harus menarik pasukannya dari Mesir. Namun Amauri tidak bersedia meninggalkan Kairo, sehingga perjanjian tersebut batal secara otomatis. Bahkan mereka menindas rakyat.
Atas permintaan khalifah Mesir Syirkuh diperintahkan oleh Nuruddin agar segera menuju ke Mesir. Masyarakat Mesir dan sang khalifah menyambut hangat kedatangan Syirkuh dan pasukannya, dan akhirnya Syirkuh ditunjuk sebagai perdana menteri. Dua bulan sesudah penundukan ini, Syirkuh meninggal dunia, kedudukannya digantikan oleh kemenakannya yang bernama Salahuddin. Ketika kondisi politik dinasti Fatimiyah semakin melemah, Salahuddin al-Ayyubi segera memulihkan otoritas Khalifah Abbasiyah di Mesir, dan setelah dinasti Fatimiyah hancur Salahuddin menjadi penguasa Mesir (570-590 H/1174-1193 M).
Salahuddin, putra Najamuddin Ayyub, lahir di Takrit pada tahun 432 H/1137 M. Ayahnya adalah pejabat kepercayaan pada masa lmaduddin Zangki dan masa Nuruddin. Salahuddin adalah seorang letnan pada masa Nuruddin, dan telah berhasil mengkonsolidasikan masyarakat Mesir, Nubia, Hijaz dan Yaman.
Sultan Malik Syah yang menggantikan Nuruddin adalah raja yang masih berusia belia, sehingga amir-amirnya saling berebut pengaruh yang menyebabkan timbulnya krisis poiitik internal. Kondisi demikian ini memudahkan bagi pasukan salib untuk menyerang Damaskus dan menundukkannya. Setelah beberapa lama tampillah Salahuddin berjuang mengamankan Damaskus dari pendudukan pasukan salib.
Lantaran hasutan Gumusytag, sang sultan belia Malik Syah menaruh kemarahan terhadap sikap Salahuddin ini sehingga menimbulkan konflik antara keduanya. Sultan Malik Syah menghasut masyarakat Alleppo berperang melawan Salahuddin. Kekuatan Malik Syah di Alleppo dikalahkan oleh pasukan Salahuddin. Merasa.tidak ada pilihan lain, Sultan Malik Syah rneminta bantuan pasukan salib. Semenjak kemenangan melawan pasukan salib di Aleppo ini, terbukalah jalan lernpang bagi tugas dan perjuangan Salahuddin di masa-masa mendatang hingga ia berhasil mencapai kedudukan sultan. Semenjak tahun 575H/1182M, kesultanan Saljuk di pusat mengakui kedudukan Salahuddin sebagai sultan atas seluruh wilayah Asia Barat.
Sementara itu Baldwin III menggantikan kedudukan ayahnya, Amaury. Baldwin III mengkhianati perjanjian genjatan senjata antara kekuatan muslim dengan pasukan Salib-Kristen. Bahkan pada tahun 582H/11 86 M. Penguasa wilayah Kara yang bernama Reginald mengadakan penyerbuan terhadap kabilah muslim yang sedang melintasi benteng pertahanannya. Salahuddin segera mengerahkan pasukannya di bawah pimpinan Ali untuk mengepung Kara dan selanjutnya menuju Galilee untuk menghadapi pasukan Perancis. Pada tanggal 3 Juli 1187 M. kedua pasukan bertempur di daerah Hittin, di mana pihak pasukan Kristen mengalami kekalahan. Ribuan pasukan mereka terbunuh, sedang tokoh-tokoh militer mereka ditawan. Sultan Salahuddin selanjutnya merebut benteng pertahanan Tiberia. Kota Acre, Naplus, Jericho, Ramla, Caesarea, Asrul Jaffra, Beyrut, dan sejumlah kota-kota lainnya satu persatu jatuh dalanr kekuasaan Sultan Salahuddin.
Selanjutnya Salahudin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerusalem, di mana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan Salib-Kristen. Setelah mendekati kota ini, Salahuddin segera menyampaikan perintah agar seluruh pasukan Salib-Kristen Yerusalem menyerah. Perintah tersebut sama sekali tidak dihiraukan, sehingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas pembantaian ribuan warga muslim. Setelah beberapa larna terjadi pengepungan, pasukan salib kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hati sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan sumpah dan dendamnya, sehingga ia pun memaafkan mereka. Bangsa Romawi dan warga Syria-Kristen diberi hidup dan diizinkan tinggal di Yerusalem dengan hak-hak warga negara secara penuh. Bangsa Perancis dan bangsa-bangsa Latin diberi hak meninggalkan Palestina dengan membayar uang tebusan 10 dinar setiap orang dewasa, dan 1 dinar untuk setiap anak-anak. Jika tidak bersedia mereka dijadikan sebagai budak. Namun peraturan seperti ini tidak diterapkan oleh sang sultan secara kaku. Salahuddin berkenan melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepeser pun, bahkan ia mengeluarkan hartanya sendiri untuk menrbantu menebus sejumlah tawanan. Salahuddin juga membagi-bagikan sedekah kepada ribuan masyarakat Kristen yang miskin dan lemah sebagai bekal perjalanan mereka pulang. Ia menyadari betapa pasukan Salib-Kristen telah membantai ribuan rnasyarakat muslim yang tidak berdosa, namun suara hatinya yang lembut tidak tega untuk melampiaskan dendam terhadap pasukan Kristen.
Pada sisi lainnya Salahuddin juga membina ikatan persaudaraan antara warga Kristen dengan warga muslim, dengan memberikan hak-hak warga Kristen sama persis dengan hak-hak warga muslim di Yerusalem. Sikap Salahuddin demikian ini membuat umat Kristen di negeri-negeri lain ingin sekali tinggal di wilayah kekuasaan sang sultan ini. “sejumlah warga Kristen yang meninggalkan Yerusalem menuju Antioch ditolak dan bahkan dicaci maki oleh raja Bahemond. Mereka lalu menuju ke negeri Arab di mana kedatangan mereka disambut dengan baik”, kata Mill. Perlakuan baik pasukan muslim terhadap umat Kristen ini sungguh tidak ada bandingannya sepanjang sejarah dunia. Padahal sebelumnya, pasukan Salib-Kristen telah berbuat kejam, menyiksa dan menyakiti warga muslim.
Perang Salib 3
Jatuhnya Yerusalem dalam kekuasaan Salahuddin menimbulkan keprihatinan besar kalangan tokoh-tokoh Kristen. Seluruh penguasa negeri Kristen di Eropa berusaha menggerakkan pasukan salib lagi. Ribuan pasukan Kristen berbondong-bondong menuju Tyre untuk berjuang mengembalikan prestis kekuatan mereka yang telah hilang. Menyambut seruan kalangan gereja, maka kaisar Jerman yang bernama Frederick Barbarosa, Philip August, kaisar Perancis yang bernama Richard, beberapa pembesar kristen rnembentuk gabungan pasukan salib. Dalam hal ini seorang ahli sejarah menyatakan bahwa Perancis mengerahkan seluruh pasukannya baik pasukan darat maupun pasukan lar.rtnya. Bahkan wanita-wanita Kristen turut ambil bagian dalam peperangan ini. Setelah seluruh kekuatan salib berkumpul di Tyre, mereka segera bergerak mengepung Acre.
Salahuddin segera menyusun strategi untuk menghadapi pasukan salib. Ia menetapkan strategi bertahan di dalam negeri dengan mengabaikan saran para Amir untuk melakukan pertahanan di luar wilayah Acre. ”Demikianlah Salahuddin mengambil sikap yang kurang tepat dengan memutuskan pandangannya sendiri’” ungkap salah seorang ahli sejarah. Jadi Salahuddin mestilah berperang untuk menyelamatkan wilayahnya setelah pasukan Perancis tiba di Acre.
Pada tanggal 14 September 1189 M. Salahuddin terdesak oleh pasukan salib, namun kemenakannya yang bernama Taqiyuddin berhasil mengusir pasukan salib dari posisinya dan mengembalikan hubungan dengan Acre. Dalam hal ini Ibn al-Athir menyatakan, “pasukan muslim mesti melanjutkan peperangan hingga malam hari sehingga mereka berhasil mencapai sasaran penyerangan. Namun setelah mendesak separuh kekuatan Perancis, pasukan muslim kembali dilemahkan pada hari berikutnya.
Kota Acre kembali terkepung selama hampir dua tahun. Sekalipun pasukan rnuslim menghadapi situasi yang serba sulit selama pengepungan ini, namun mereka tidak patah semangat. Segala upaya pertahanan pasukan muslim semakin tidak membawa hasil, bahkan mereka merasa frustasi ketika Richard dan Philip August tiba dengan kekuatan pasukan salib yang maha besar. Sultan Salahuddin merasa kepayahan menghadapi peperangan ini, sementara itu pasukan muslim dilanda wabah penyakit dan kelaparan. Masytub, seorang komandan Salauhuddin akhirnya mengajukan tawaran damai dengan kesediaan atas beberapa persyaratan sebagaimana yang pernah diberikan kepada pasukan Kristen sewaktu penaklukan Yerusalem dahulu. Namun sang raja yang tidak mengenal balas budi ini sedikit pun tidak memberi belas kasih terhadap ummat muslim. la membantai pasukan muslirn secara kejam.
Setelah berhasil menundukkan Acre, pasukan salib bergerak menuju Ascalon dipimpin oleh Jenderal Richard. Bersamaan dengan itu Salahuddin sedang mengarahkan operasi pasukannya dan tiba d i fucalon I e6l h awil. Ketika tiba di Ascalon, Richard mendapatkan kota ini telah dikuasai oleh pasukan Salahuddin. Merasa tidak berdaya mengepung kota ini, Richard mengirimkan delegasi perdamaian menghadap Salahuddin. Setelah berlangsung perdebatan yang kritis, akhirnya sang sultan bersedia menerirna tawaran damai tersebut. ”Antar pihak Muslim dan pihak pasukan salib menyatakan bahwa wilayah kedua belah pihak saling tidak rnenyerang dan menjamin keamanan masing-masing, dan bahwa warga negara kedua belah pihak dapat saling keluar masuk ke wilayah lainnya tanpa, gangguan apa pun”. Jadi perjanjian damai yang menghasilkan kesepakatan di atas mengakhiri perang salib ke tiga.


Perang Salib 4
Dua tahun setelah kematian Salahuddin berkobar perang salib keempat atas inisiatif Paus Celestine III. Namun sesungguhnya peperangan antara pasukan muslim dengan pasukan Kristen telah berakhir dengan usianya perang salib ketiga. Sehingga peperangan berikutnya tidak banyak dikenal. Pada tahun 1195 M. pasukan salib menundukkan Sicilia, kemudian terjadi dua kali penyerangan terhadap Syria. Pasukan kristen ini mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut. Anak Salahuddin yang bernama al-Adil segera rnenghalau pasukan salib. la selanjutnya menyerang kota perlindungan pasukan salib. Mereka kemudian mencari tempat perlindungan ke Tibinim, lantaran semakin kuatnya tekanan dari pasukan muslim, pihak salib akhirnya menempuh inisiatif damai. Sebuah perundingan menghasilkan kesepakatan pada tahun 1198M, bahwa peperangan ini harus dihentikan selama tiga tahun.
Perang Salib 5
Belum genap mencapai tiga tahun, Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib ke lima setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas penguasa Eropa lainnya menyarnbut gembira seruan perang tersebut. Pada kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.
Perang Salib 6
Pada tahun 613 H/1216M, Innocent III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib, mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil, pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai. Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib harus segera meninggalkan kota Dimyat.
Perang Salib 7
Untuk mengatasi konflik politik internal, Sultan Kamil mengadakan perundingan kerja sarna dengan seorang jenderal Jerman yang bernarna Frederick. Frederick bersedia membantunya rnenghadapi musuh-musuhnya dari kalangan Bani Ayyub sendiri, sehingga Frederick nyaris menduduki dan sekaligus berkuasa di yerusalem. Yerusalem berada di bawah kekuasaan tentara salib sampai dengan tahun 1244 M., setelah itu kekuasaan salib direbut oleh Malik al-shalih Najamuddi al-Ayyubi atas bantuan pasukan Turki Khawarizmi yang berhasil meiarikan diri dari kekuasaan Jenghis Khan.
Perang Salib 8
Dengan direbutnya kota Yerusalern oleh Malik al- Shalih, pasukan salib kembali menyusun penyerangan terhadap wilayah lslam. Kali ini Louis IX, kaisar perancis, yang memimpin pasukan salib kedelapan. Mereka mendarat di Dirnyat dengan mudah tanpa perlawanan yang beranti. Karena pada saat itu Sultan Malikal-shalih sedang menderita sakit keras sehingga disiplin tentara muslim merosot. Ketika pasukan Louis IX bergerak menuju ke Kairo melalui jalur sungai Nil, mereka mengalami kesulitan lantaran arus sungai mencapai ketinggiannya, dan mereka juga terserang oleh wabah penyakit, sehingga kekuatan salib dengan mudah dapat dihancurkan oleh pasukan Turan Syah, putra Ayyub.     Setelah berakhir perang salib ke delapan ini, pasukan Salib-Kristen berkali-kali berusaha mernbalas kekalahannya, namun selalu mengalami kegagalan.


IV. Periodisasi Perang Salib
Dalam penjelasan Philip K Hitti, Perang salib periode sasi perang salib yang lebih tepat adalah; pertama periode penaklukkan, Periode Reaksi Umat Islam, dan periode perang kecil-kecil.[7]
A. Periode Pertama atau Periode penaklukan (1096-1144)
Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II pada Konsili Clermont pada tanggal 26 November 1095 M. Pidatonya ini bergema ke seluruh penjuru Eropa yang mengakibatkan seluruh negara Kristen mempersiapkan berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat. Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I'Ermite. Sepanjang jalan menuju Kontanstantinopel, mereka membuat keonaran, melakukan perampokan, dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria dan Bizantium, akhirnya dengan mudah pasukan Salib dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Seljuk. [8]
Pasukan Salib angkatan berikutnya dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond. Gerakan kali ini merupakan ekspedisi militer yang terorganisasi dan rapi, dan mereka memperoleh kemenangan yang besar dengan menaklukan Nicea pada tanggal 18 Juni 1097 M, dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan Latin II di Timur dengan Bohemond sebagai raja. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis pada tanggal 15 Juli 1099 M dan mendirikan kerajaan latin III dengan rajanya, Godfrey. Selanjutnya mereka berturut-turut menguasai kota Akka pada tahun 1104 M, Tripoli tahun 1109 M dengan mendirikan kerajaan Latin IV dan rajanya Raymond, kemudian kota Tyre pada tahun 1124 M.[9]




B. Periode Kedua atau Periode Reaksi Umat Islam (1144-1192) 
Di bawah komando Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukan kembali Aleppo, Haminah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M, dan digantikan oleh putranya Nuruddin Zanki. Nuruddin berhasil merebut kota Damaskus tahun 1147, Antiochea pada tahun 1149 M, dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali. Selain itu, ia berhasil membebaskan Mesir pada tahun 1169 M.[10]
Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan menyebabkan orang- orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi gerak maju mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus, dan Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Pada tahun 1 174 M Nuruddib wafat, dan pimpinan perang dipegang oleh Shalah al-Din al-Ayyubiyah di Mesir pada tahun 1175 M. Akhirnya Shalah al-Din dapat merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan Latin di Yerusalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir.[11]
Jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman, Richard the Lion Hart, raja Inggris, dan Philip Augustus, raja Perancis, yang bergerak pada tahun 1189 M.
Ekspedisi militer salib kali ini dibagi dalam beberapa divisi. Sebagian menempuh jalan darat dan yang lainnya menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi darat tewas tenggelam dalam penyeberangannya di sungai Armenia, dekat kota ar-Ruha'. Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang terus melanjutkan perjalanannya di bawah pimpinan putra Frederick. Adapun kedua divisi lainnya yang menempuh jalur laut bertemu di Sicilia. Karena terjadi kesalahpahaman, akhirnya mereka meninggalkan Sicilia secara terpisah, Richard menuju Cyprus dan mendudukinya dan selanjutnya menuju Syam (Suriah). Adapun Philip langsung menuju Acre (Akka) dan berhasil merebutnya yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina.
C. Periode Ketiga atau Periode Kehancuran Pasukan Salib (1193-1291 M)
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum Palestina, dengan harapan dapat bantuan orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat perjanjian dengan Frederick, yang isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, dengan syarat Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria.
Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai dinasti Mamalik -yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah- pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qolawun. Pada masa merekalah, Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1291 M. [12]
Dalam buku Ensiklopedi Islam dinyatakan bahwa Perang Salib ketiga ini dikenal sebagai periode kehancuran pasukan Salib, hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemangati ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan material, bukan motivasi karena agama. Tujuan utama mereka untuk membebaskan Baitul Maqdis, mereka lupakan. Hal ini dapat dilihat katika pasukan Salib yang semula dipersiapkan menyerang Mesir ternyata membelokkan haluan menuju Konstantinopel. Kota ini dapat direbut dan dikuasai dengan Baldwin sebagai rajanya. Dia adalah raja Roma-Latin pertama yang berkuasa di Konstantinopel.

IV. Dampak Perang Salib
Sejarah panjang peristiwa politik, ekonomi dan agama ini, tentunya meninggalkan bekas baik itu baik itu bagi peradaban Islam maupun bagi Barat. Akibat adanya perang Salib ini, walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan ini terjadi di wilayah Islam. Di antaranya adalah kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.[13]
            Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang militer, seni, perindustian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan, dan kepribadian.
            Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medan perang.
            Dalam bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan peralatannya di dunia Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti kain muslin, satin, dan damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan, dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Sistem pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat mereka temukan di Timur-Islam, seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam, termasuk penemuan gula.
            Hubungan perniagaan dengan Timur-Islam menyebabkan mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, yang sebelumnya mereka menggunakan sistem barter. Ilmu astronomi berkembang pada abad ke-9 di dunia Islam telah pula mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat. Selain itu juga mereka meniru rumah sakit dan tempat pemandian. Yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa sikap dan kepribadian umat Islam di Timur pada waktu itu telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapat perhatian.
Dampak Perang Salib Terhadap Peradaban Islam
Akibat adanya perang Salib ini, walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan ini terjadi di wilayah Islam. Di antaranya adalah kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad (Yatim,2003:79).
      Meskipun pihak Kristen Eropa menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mereka telah mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah sedemikian majunya. Bahkan kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya renaisans di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang militer, seni, perindustian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan, dan kepribadian.
    Dalam bidang militer, dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medan perang.
    Dalam bidang perindustrian, mereka menemukan kain tenun dan peralatannya di dunia Islam, kemudian mereka bawa ke negerinya, seperti kain muslin, satin, dan damas. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan, dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Sistem pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat mereka temukan di Timur-Islam, seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam, termasuk penemuan gula.
   Hubungan perniagaan dengan Timur-Islam menyebabkan mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, yang sebelumnya mereka menggunakan sistem barter. Ilmu astronomi berkembang pada abad ke-9 di dunia Islam telah pula mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat. Selain itu juga mereka meniru rumah sakit dan tempat pemandian. Yang tidak kurang pentingnya adalah bahwa sikap dan kepribadian umat Islam di Timur pada waktu itu telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapat perhatian.

III. PENUTUP
Demikian ulasan perjalanan terjadinya perang salib, peristiwa panjang ini telah menyisahkan perubahan besar bagi peradaban barat. Dan memutar kemunduran bagi barat dan Islam. Dimana dunia Islam mengalami kemunduran pasca perang salib ini. Dari berbagai uraian dan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1.      Perang Salib adalah perang antara umat Islam dan umat Kristen dengan disebabkan beberapa faktor seperti, faktor agama, politik dan sosial ekonomi.
2.      Perang Salib berlangsung sejak tahun 1096 sampai tahun 1291 M dengan tiga periode, periode pertama adalah periode penaklukan (1096-1144 M), periode kedua adalah periode reaksi umat Islam (1144-1192 M), dan periode ketiga adalah periode kehancuran pasukan Salib (1193-1291 M).
3.      Perang Salib ini berdampak negatif kepada peradaban Islam, dengan kata lain menguntungkan pihak Kristen. Di antaranya, kekuatan politik umat Islam menjadi lemah, sementara pihak Kristen dengan adanya Perang Salib itu dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang saat itu sudah maju. Seperti, bidang militer, perindustrian, pertanian, perdagangan atau perniagaan, dan termasuk juga dalam ilmu astronomi dan kesehatan.
4.   Perang Salib termasuk faktor eksternal kelemahan dan kehancuran kekhilafahan Bani Abbasiyah. Karena terjadinya Perang Salib yang berlangsung selama tiga abad itu menyebabkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah.


DAFTAR PUSTAKA
Munir, Amir Samsul, Sejarah Peradaban Islam, (2010), Jakarta; Amzah
Yatim, Badri (2003).Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Sodiqin, Ali dkk (2003).Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga.
K.Hitti Philip, History Of Arabs, (2005), Jakarta;Serambi


[1] Syamsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta;Amzah, 2010
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grasindo Persada, 1998, hlm.76
[3]
[4] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, hal.
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam...hal, 73
[6] Philip K Hitti, History of Arabs, (Jakarta: Serambi), 2005, hal.812
[7] Philip K. Hitti, Dunia Arab, (Bandung; Penerbit Sumur), tt, hal. 209-225
[8] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam...., hal.238
[9]  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal.77
[10] Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, .... haL. 78
[11]  Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, ...., hal.78
[12] Badri Yatim,
[13] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,...., hal. 79

Sekilas Khutbah Jumat

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pada hari Jumat, para umat Muslim di seluruh dunia melakukan ibadah salat Jumat yang mana saat ...