Selasa, 13 Maret 2012

Menjangkau yang Tidak Terjangkau

Tema ini seperti mengilustrasikan adanya solusi yang akan menyelesaikan semua permasalahan yang ada pada dunia pendidikan kita. Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam mempertahankan suatu bangsa, baik itu dianggap sebagai sarana dalam mempertahankan nilai-nilai yang telah disepakati ketika bangsa ini menyatakan dirinya menjadi suatu negara yang berdiri sendiri. Dimana terdapat nilai-nilai luhur yang telah dirumuskan oleh pendiri bangsa kita. yang akan menajdi gambaran manusia indonesia yang diharapkan nantinya. timbulnya kesepakatan nilai-nilai tersebut adalah sebagai dampak kekecewaan dari nilai-nilai yang diwariskan penjajah kepada masyarakat pribumi pada waktu itu. dimana banyak nilai-nilai budaya yang tidak sesuai dengan kondisi dan cultur masyarakat pribumi saat itu.

Independensi menjadi bangsa yang berdaulat tentunya hasil dari migrasi nilai diskriminatif yang diwariskan penjajah. maka dari itu, nlai-nilai bangsa yang membentuk kedaulatan bangsa ini harus dipertahankan dan dikembangkan kepada generasi berikutnya.
proses pewarisan nilai-nilai budaya luhur tersebut tidak akan terwariskan jika tidak diajarkan kepada anak-cucu para pendiri bangsa ataupun generasi setelah merdeka saat ini.

Menjawab harapan tersebut, tentunya dengan adanya pendidikan. sehingga nilai-nilai luhur tersebut dapat diwariskan. disampaing pewarisan budaya, pendidikan dijadikan alat untuk menjadikan bangsa ini dinamis terhadap perubahan zaman. Dinamisme perkembangan zaman dengan berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menjadikan pendidikan yang diwujudkan juga harus mampu menjadikan generasi terdidik yang siap dengan zaman ini dan esok. Dimana pendidikan yang bagus akan menjadikan bangsa ini bermartabat, baik dalam segi culture, perdaban, etika, pengetahuan dan teknologi. Adapun bangsa ini apabila pendidikannya bagus maka apa yang diharapakan seperti sikap keagamaan, keilmuan, budaya ataupun karakter dan bahkan teknologi akan tercapai dengan bagus pula.

Namun kembali mengomentari tema yang di usung kementrian pendidikan dan kebudayaan tersebut, bahwa dikaitkan dengan permasalahan pendidikan yang ada di negeri ini. Masih Banyk Permasalahan Pendidikan yang belum terselesaikan, dari penentuan kebijakan samapai kepada permasalhan implementasi kebijakan. Belum lagi politisasi kebijakan masih sangat dominan dalam menentukan kebijakan tentang pendidikan. seringkali dijadikan senjata para politisi yang ingin mengambil kesempatan dibalik kesengsaraan.

Namun, saya tidak membeberkan kasusnya. tapi ada dasar dari pendidikan yang kita lupakan, yakni ruh dari nilai pendidikan itu sendiri. sepertinya pendidikan tidak lagi berorientasi pada aspek pemantapan nilai-nilai budaya baik itu keagamaan, karakter, atau bahkan keilmuan yang masih monoton. Sepertinya, kepercayaan terhadap pendidikan akan menjadi wadah sosial of change, atau media yang akan mengubah tatanan sosial ke arah lebih baik atau terarah kini berkurang. Konkret saja, lulusan pendidikan yang ternama, agamis, elit, ataupun sederhana. acapkali belum menyelesaikan kasus pelanggaran moral atau nilai sosial dimasyarakat. misalnya tawuran anak-anak remaja, penyimpangan seksual, amoral, premanisme, atau kalangan yang berpendidikan tinggi dan menjabat dipemerintahan pun ikut menambah keterpurukan hasil pendidikan di negeri ini.

Karakter yang mulia dan diharapkan memakmurkan dan mencerdaskan bangsa, menjadi pupus karena penyimpangan-penyimpangan sosial tersebut. Namun, penyesalan lebih baik dari pada kita terlarut dan seolah tidak tersadar kalau pendidikan di negeri kita masih sangat butuh perbaikan.

Semoga dengan menjangkau yang tak terjangkau, masalah-masalah pendidikan dapat teratasi. Kalau selama ini kita melihat siswa yang tak dapat sekolah karena jauhnya sekolah, tidak ada sarana yang memadai untuk bersekolah atau samapai kesekolah, putus sekolah karena harus membantu orang tua -yang semestinya anak-anak menjadi tanggung jawab orang tua dan buka orang tua menjadi tanggung jawab anak, karena ketika anak diberikan kesempatan untuk belajar meskipun sulitnya kondisi ekonomi orang tuanya. maka nanti anaknya tidak akan seperti orang tuanya bahkan mengangkat martabat orangtuanya dimata masyarakat dan di hadapan Allah. tapi ketika kita memaksakan mereka harus bekerja, padahal usia mereka harus bersekolah, itu berarti membiarkan mereka lebih buruk dari orangtuanya-, atau karena penyimpangan sosial seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir ini; anak mencuri sandal, anak sudah berani bergaul seperti orang dewasa ataupun tawuran yang sering terjadi dimana-mana. Belum lagi kondisi bangunan sekolah kita yang masih banyak membutuhkan perbaikan atau sudah sangat prihatin dan masih banyak permasalahan lainnya.

Harapan dengan mengusung slogan tersebut. maka permasalahan pendidikan dapat diatasi sesuai dengan kondisi atau keragaman permasahan dan faktor-faktor timbulnya permasalahan-permasalahan tersebut.

Sekilas Khutbah Jumat

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pada hari Jumat, para umat Muslim di seluruh dunia melakukan ibadah salat Jumat yang mana saat ...