KURIKULUM
BARU 2013
CIPUTAT.“Melahirkan
generasi yang memiliki karakter bangsa”.Akhir-akhir
ini, kembali media online banyak memperbincangkan persoalan besar yang melanda
generasi saat ini, terkikisnya karakter bangsa pada generasi muda, pendidikan dijadikan
sasaran karena melahirkan generasi yang dianggap kurang menggambarkan manusia berkarakter.
Karena kesalahan dalam pelaksanaan pendidikan dilapangan akhirnya berdampak
pada kesalahan melahirkan generasi. Namun apa dikata, permasahan sudah terlalu banyak
muncul, pelajar yang senang tawuran, terkikisnya prilaku saling menghormati,
anak-anak sudah mulai melupakan etika moral kepada orang tua, pergaulan yang
bebas sehingga tercipta lingkuangan sosial tanpa moral. Selanjutnya masyarakat
yang lebih kepada individualistik, warisan nenek moyang akan hidup bergotong
royong pun tinggal semboyan. Ada yang mengistilahkan bangsa kita sedang
mengalami kegagalan pembangunan karakter.
Untuk merespon
permasalahan yang pelik di atas, pendidikan dituntut mampu menjadi wadah untuk memanusiakan
manusia yang berkarakter. Jelasnya lagi tuntutan tersebut diimplementasikan dalam bentuk
kurikulum, saat ini kurikulum kita dianggap terlalu berat bagi peserta didik. Tentu saja
dengan banyaknya mata pelajaran, banyaknya buku teks yang harus dibawa, jam
pelajaran yang padat, harus mengikuti program kursus, les, belum lagi
ekstrakurikuler yang harus diikuti sangat beragam.
Ini semua akhirnya
mengabaikan moment penting dalam penanaman karakter pada peserta didik.
Terutama pada tingkat sekolah dasar, peserta didik harus menuntaskan mata
pelajaran hingga 12 mata pelajaran dan ditambah pengembangan diri dan muatan lokal.
Padahal usia anak sekolah dasar adalah usia “golden Age”, dimana akan lebih
mudah dalam penanaman karakter.
Isu penting terhadap permasalahan karakter akhirnya direspon dengan
merubah kurikulum yang mampu membentuk karakter bangsa. Kurikulum baru ini rencananya
akan diterapkan tahun pelajaran 2013 nanti. Ada beberapa media online yang
menyebutkan bahwa kurikulum baru ini akan berbeda dengan kurkulum yang
sekarang. Pertama, mengurangi mata pelajaran yang dianggap terlalu berat
khususnya tingkat sekolah dasar, tidak lagi terpisah-pisah dalam beberapa mata
pelajaran yang banyak, tapi akan menggunakan pemeblajaran tematik integratif. Kedua,
pada tingkat sekolah dasar akan lebih banyak ditanamkan pendidikan karakter. Ketiga,
pada tingkat SD juga akan mereduksi mata pelajaran IPA ke dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia, IPA dan IPS akan dihapuskan sebagai mata pelajaran namun akan
diintegrasikan pada mata pelajaran lain. Keempat, mata pelajaran yang
diwajibkan berjumlah 6 mata pelajaran saja seperti Agama, PKN, Bahasa Indonesia,
Matematika, PENJASKES dan Seni Budaya, yang lainnya akan diintegrasikan ke
dalam mata pelajaran tersebut. Kelima, standar isi berbasis kompetensi,
kalau yang sekarang kompetensi dikembangkan dari mata pelajaran sedangkan pada
kurkulum baru mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Keenam,
standar proses akan diarahkan pada pembelajaran berbasis observasi. Ketujuh,
ada wacana yang diangkat bahwa pada sekolah dasar akan dihilangkan Ujian
Nasional dan akan diserahkan kepada satuan pendidikan masing-masing.
Beberapa catatan di atas adalah gambaran umum draf kurikulum yang akan
diterapkan tahun 2013. Akan tetapi, bukan tidak ada kendala dalam perubahan
kurikulum ini. Ada banyak persoalan baru yang muncul apabila benar kurikulum
baru diterapkan. Pertama, pengurangan mata pelajaran akan diikuti dengan
pengurangan guru, apalagi kalau IPA dan IPS menjadi benar-benar dihilangkan.
Selanjutnya bahasa asing dan sains. Seperti diungkapkan oleh wakil menteri
pendidikan Prof. Dr. Musliar Kasim bahwa Bahasa Inggris dan Sains sebaiknya
dihapuskan pada tingkat sekolah dasar. Ini berangkat bahwa pada sekolah dasar
sebaiknya lebih banyak ditanamkan pendidikan karakter.
Kedua, dengan adanya
kurikulum baru, akan mempengaruhi perubahan buku teks. Ketiga, adalah guru sebagai kunci
keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan. Sekiranya tidak ada tindak lanjut
yang maksimal terhadap pengembangan kompetensi dan professional guru. Salah
satu pengamat pendidikan, Arief Rachman, mengatakan bahwa
kunci dari berjalannya kurikulum baru dengan lancar dan sukses membentuk siswa
yang cerdas serta berbudi pekerti adalah guru. Dalam pengaplikasian kurikulum
ini, guru memegang peran penting. "Saya tidak keberatan dengan konsep kurikulum
baru ini. Yang penting gurunya siap dan mau berkomitmen untuk kurikulum
ini," kata Arief kepada Kompas.com, Jumat
(16/11/2012). Jelas bahwa
kurikulum juga harus dikomunikasikan dengan baik kepada para guru. Karena
mereka berdiri paligdepan dalam pelaksanaan kurikulum.
Keempat, pemahaman pelaksana
pendidikan pada tingkat sekolah terhadap integrasi kurikulum belum merata. Para
guru akan merasa kesulitan dalam menyampaikan materi dengan megintegrasikan
mata pelajaran yang dihapuskan ke mata pelajaran lainnya kalau tanpa didukung
dengan pengembangan media dan sarana pembejalaran yang memadai. Apa yang
terjadi pada sekolah negeri. Menurut Nuh, hampir semua
sekolah di seluruh wilayah Indonesia ditemukan ruang kelas yang rusak. Lebih
lanjut Nuh menyebutkan provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan yang paling
banyak ditemukan dengan presentasi sebesar 23 persen. Tempo online. (14/02/2012). Dicatat pula,
tahun 2012 ada 173.344 ruang kelas rusak.(Tempo 14 Februari 2012).
Setidaknya ada perubahan yang sangat berarti bagi pendidikan kita. Namun
perubahan ini jangan sampai melupakan penjelasan dan sosialisasi yang
komprehensif pada lapisan bawah terutama pada guru yang akan menjalankan
kurikulum itu sendiri. Tentunya juga dengan tida melupakan perbaikan
infrasutruktur yang masih merata butuh perhatian penuh. Yang terpenting pula bahwa, kurikulum saat
ini adalah untuk mempersiapkan generasi 20-30 tahun mendatang. Kalau hulunya
salah akan sulit memperbaiki hilirnya.
Dan jangan sampai kurikulum yang baru hanya mengedepankan karakter saja. Tetapi
melupakan pengembangan nalar. Padahal kita perlunya mempersiapkan generasi yang
memiliki karakter dan memiliki nalar.
*** (Jonson Harianto, S.Pd.I)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar